Kelompok 6
Anggota :
1. Rossa Mentari putri (101301010)
2. Reza Indah Pribadi (101301014)
3. Yoseva Okta Naibaho (101301052)
4. Vera Gandhi (101301057)
5. Dede Suhendri (101301078)
6. Olga Septania (101301082)
Konsep : Belajar sambil bermain
Perencanaan
A. Pendahuluan
Guru
ataupun pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu
diperhatikan secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan
dipelajari seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan
dicontoh oleh murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini
memerlukan pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.
Ilmu
Paedagogi sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam
Paedagogi, mengajar bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu
tersebut, namun terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga
cara menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya,
kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.
Selain
itu, tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan
mempelajari praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami,
melainkan juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat
memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun
pengajar.
Hal
ini berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro
berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro
Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan.
Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksi
nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
pengajaran yang lebih komplek yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah kesempatan
untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan mempraktikkan teori yang
telah dipelajari.
Pelajaran
yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa
Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa
Inggris merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat
elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya. Bahasa
Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di
seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat
menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk
ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel, karya
ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat
menambah wawasan kita.
Anak-anak
diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak
dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat
berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan
dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris.
Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah
agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah
mereka mengetahui pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.
B.
Landasan Teori
·
Paedagogi praktis
Penting
untuk kita mengetahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar kita mengetahui serta
memahami pengertiannya namun bagaimana pengaplikasiannya. Nah hal inilah yang
melahirkan apa yang disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi
penelitian paedagogis adalah untuk memungkinkan guru atau
pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu
memodifikasi paedagogi. Tujuan ini melahirkan paedagogi praktis.
The application on our
micro teaching activity
Kita
semua telah mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu nah sekarang tinggal bagaimana
kita mengaplikasikannya. Berdasarkan kegiatan micro teaching yang kita lakukan
ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur paedagogis. Sebagai contoh
bagaimana kita sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep mengajar kepada
anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kemaren kami
mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam
bahasa Inggris. Kami memulai dengan:
1. Menunjukkan media ajar
Media ajar dalam artian
kami sengaja menyiapkan gambar pendukung (cth: gambar seorang pilot kemudian
pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT)
2. Memberikan contoh cara
membaca
Kami kemudian membacakan
dengan jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan
3. Mengajak peserta didik
untuk mengulang bagaimana cara membacakan kata “PILOT”
4. Meminta peserta didik
untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris
Nah tahapan ini kami lakukan karena penting
untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar tidak juga terlalu
cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu lambat sehingga
peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.
·
Prinsip-prinsip Proses Paedagogis
Beberapa prinsip-prisip Paedagogis adalah:
1.
Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis
(Addine, 2001), dalam artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur.
Seperti apa yang telah kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami
menjadi 3 bagian yakni:
·
Ice breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini kami masing-masing sebagai pendidik
memperkenalkan diri kemudian juga kami meminta para peserta didik untuk
memperkenalkan diri mereka. Kami juga menanyakan bagaimana ketertarikan mereka
terhadap pelajaran Bahasa Inggris, bagaimana nilai yang mereka peroleh di
sekolah untuk setiap mata pelajaran Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan
tentunya dengan maksud agar antara kami sebagai pengajar dan para peserta didik
dimulai dengan sesuatu yang ringan sehingga untuk proses selanjutnya akan
menjadi lancar.
·
Memasuki materi ajar
Bagian yang kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana
kami mulai dengan menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau
bagaimana cara pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta
peserta didik untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan
kalimat menggunakan kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik
yang aktif (yang mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami
berikan bintang sebagai penghargaan.
·
Penutup
Pada bagian ini kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang
paling dinantikan oleh peserta didik kami. Games kami berikan untuk membukakan
suatu pelajaran bagi mereka. Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak
untuk memberikan pendapat mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan
melalui games yang kami berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah
estafet karet) dan para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games
ini mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan,
kesabaran, dsb hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terimakasih atas
partisipasi para peserta didik pada hari itu.
2.
Adanya kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap
anggota yang memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati.
Dalam proses micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa
anak yang sangat aktif dan bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya
berusaha untuk memberikan taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang
sangat aktif, kami tidak menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban
atau komentar mereka namun pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab
dengan maksud agar anak lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan
untuk menjawab. Sedangkan untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus
sering menyebut nama mereka untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar,
terkadang kami juga perlu usaha yang extra untuk meminta
mereka menjawab seperti membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta
mereka menjawab, atau sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat
kalau mereka juga mampu seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan
tersebut.
3.
Istilah pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi
saling melengkapi.
Prinsip ini mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang
menempuh pendidikan, maka ia harus menjalani proses pembelajaran yang baik.
4.
Proses paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif
tidak bisa berada dalam suasana yang kering.
Hal ini berarti bahwa proses paedagogis harus terstruktur
berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta
didik mungkin saja mempunyai pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya
dan dunianya sendiri sehingga pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi
bagaimana mereka bertindak serta merasakan sesuatu.
5.
Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian
saling terkait satu sama lain.
C. Alat
dan Bahan
Dalam melakukan
microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
1. Gambar
(alat peraga)
2. White
Board dan Spidol
3. Kamera digital
4. Sedotan
5. Karet
gelang
6. Bintang
dari kertas
7. Beberapa
hadiah (reward)
D. Peserta
Yang akan menjadi peserta
dalam kegiatan microteaching ini adalah anak-anak sekolah minggu di Gereja
Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai Km 8,5), yang berjumlah sebanyak
10 anak.
E. Jadwal Kegiatan
F. Biaya yang Dikeluarkan
Reward
Bolu Laminating Tissue |
Rp. 13.500,-
Rp. 32.000,- Rp. 35.000,- Rp. 2.750,- |
Total | Rp. 83.250,- |
G. Laporan
Microteaching yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari perancanaan hingga pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama microteaching adalah anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa saat mereka akan sangat bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami ketika melaksanakan microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri di depan kelas saja sangat sulit. Namun kami terus berusaha mendekatkan diri dengan mereka dengan melakukan icebreaking di awal pertemuan agar suasana mencair seperti bernyanyi bersama, menanyakan latar belakang pendidikan mereka, sudah sampai mana mereka mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan ajar kami selama microteaching.
Setelah melakukan icebreaking, kami mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.
Selesai sesi belajar, kami memasuki sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.
Akhirnya micro teaching pun selesai. Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup dengan salam-salaman.
Dari praktiknya, kami telah mencoba melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti dan mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.
Setelah melakukan icebreaking, kami mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.
Selesai sesi belajar, kami memasuki sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.
Akhirnya micro teaching pun selesai. Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup dengan salam-salaman.
Dari praktiknya, kami telah mencoba melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti dan mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.
H. Evaluasi
Dari perencanaan hingga pelaksanaan microteaching ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu pertama april harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian tengah semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian. Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan.
Dari perencanaan hingga pelaksanaan microteaching ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu pertama april harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian tengah semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian. Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan.
I. Testimoni
Dede Suhendri
Seru dan melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi, bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh, mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam hari. Hehehe..
Seru dan melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi, bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh, mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam hari. Hehehe..
Yoseva Okta Marini
Menurut saya , kegiatan microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun
Menurut saya , kegiatan microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun
Vera Gandhi
Kalau tidak ada kegiatan micro teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D
Kalau tidak ada kegiatan micro teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D
Reza Indah Pribadi
Banyak hal yang saya rasakan ketika melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru. Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep, jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal, cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa nyaman selama proses microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak membosankan dan menarik untuk diajari.
Olga Septania
Banyak hal yang saya rasakan ketika melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru. Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep, jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal, cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa nyaman selama proses microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak membosankan dan menarik untuk diajari.
Olga Septania
Microteaching yang kita adakan kemarin merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya berpikir kalau kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada kenyataanya berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang anak-anak dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang kami ajar, mulai dari yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu. Ada yang sangat suka untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan ingin dijawabnya) tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku dengan penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan) sehingga kami perlu memikirkan stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan kemarin sangat melatih kami menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk tetap terstruktur juga harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan kelas. Kegiatan yang sudah kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan cukup lancar, tidak banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang sederhana.
Rosa Mentari Putri
Rosa Mentari Putri
3 kata yang bisa menggambarkan kegiatan micro teaching yang telah dilakukan kemarin : pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah pengalaman pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam suasana santai. Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak yang beraneka ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan dalam mencari cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dan hal ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu menjadi lebih baik, dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang sepertinya disukai anak-anak. Hehehe.
J. Dokumentasi Video
0 komentar:
Posting Komentar