Kelompok 6
Anggota :
Konsep : Belajar sambil bermain
A. Pendahuluan
Guru ataupun pengajar memiliki tugas
dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan secara serius. Tidak hanya
ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari seorang murid terhadap
gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh murid. Mengajar bukanlah
suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan pengetahuan dan praktik mengajar
yang baik.
Ilmu Paedagogi sangat diperlukan
untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam Paedagogi, mengajar bukan hanya
sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu tersebut, namun terdapat seni
Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga cara menyampaikan ilmu
tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya, kegiatan pembelajaran
sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.
Selain itu, tidak hanya mempelajari
teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari praktik Paedagogi.
Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga mengetahui
bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat memfasilitasi dan menjadi
pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun pengajar.
Hal ini berhubungan dengan
konsep micro teaching, dimana Micro berarti kecil, terbatas,
sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching berarti suatu
kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Hal ini
memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksi nya
dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah
kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan mempraktikkan
teori yang telah dipelajari.
Pelajaran yang diajarkan dalam
kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa Inggris merupakan
salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat elektronik seperti
komputer, ipad, dan lain sebagainya juga menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa perangkatnya. Bahasa Inggris adalah world
language yang dapat digunakan hampir di seluruh dunia. Sangat banyak
keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat menguasai bahasa Inggris, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk ketika searching di
dunia maya, sangat banyak artikel, karya ilmiah, ataupun hasil penelitian yang
ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat menambah wawasan kita.
Anak-anak diharapkan mempunyai
kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak dini. Jika sejak kecil
sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat berguna baginya setelah
dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan dalam kegiatan micro
teaching ini adalah bahasa Inggris. Tingkat kesulitan yang diberikan
juga disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tujuan pelaksanaan micro
teaching ini salah satunya adalah agar anak dapat lebih termotivasi
lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah mereka mengetahui pentingnya bahasa
Inggris untuk masa depan mereka.
Manfaat :
1. Memberikan materi tambahan pelajaran bahasa Inggris selain yang telah mereka dapatkan di sekolah
2. Melatih kekompakan dan bekerja sama dalam tim.
Tujuan :
1. Agar anak-anak mendapatkan vocabularies baru dalam bahasa Inggris
2. Anak-anak diharapkan mampu serta berani tampil dan berbicara di depan kelas
3. Dari kegiatan bermain game, diharapakan anak-anak mampu mencerna dan mengungkapkan manfaat dari bermain game tersebut.
1. Agar anak-anak mendapatkan vocabularies baru dalam bahasa Inggris
2. Anak-anak diharapkan mampu serta berani tampil dan berbicara di depan kelas
3. Dari kegiatan bermain game, diharapakan anak-anak mampu mencerna dan mengungkapkan manfaat dari bermain game tersebut.
Manfaat :
1. Memberikan materi tambahan pelajaran bahasa Inggris selain yang telah mereka dapatkan di sekolah
2. Melatih kekompakan dan bekerja sama dalam tim.
B. Landasan Teori
- Paedagogi praktis
Penting untuk kita ketahui bahwa
Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun juga
bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang disebutkan
sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis adalah untuk
memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela,
membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini melahirkan
paedagogi praktis.
The
application on our micro teaching activity
Kita semua telah mengetahui
bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana kita
mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur paedagogis
dalam kegiatan microteaching yang kami lakukan. Sebagai contoh
bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep mengajar kepada
anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami mengadakan
beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam bahasa Inggris.
Kami memulai dengan:
1.Menunjukkan
media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja menyiapkan gambar pendukung.
(cth: gambar seorang pilot kemudian pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
2.Memberikan
contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan jelas dan tegas bagaimana
kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
3.Mengajak
peserta didik untuk mengulang bagaimana cara membacakan kata “PILOT”
4.Meminta
peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini kami lakukan karena
penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar tidak juga
terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu lambat
sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.
- Prinsip-prinsip Proses Paedagogis
Beberapa prinsip-prisip Paedagogis
adalah:
1. Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses
paedagogis (Addine, 2001), dalam artian bahwa setiap proses paedagogis harus
terstruktur. Seperti apa yang telah kami lakukan, bahwa kami membagi proses
mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:
·
Ice
breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini kami masing-masing
sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami meminta para peserta
didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga menanyakan bagaimana
ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris, bagaimana nilai yang
mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran Bahasa Inggris, dll. Hal
ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara kami sebagai pengajar dan
para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan sehingga untuk proses
selanjutnya akan menjadi lancar.
·
Memasuki
materi ajar
Bagian yang kedua ini sudah kami
mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan menunjukkan media ajar
(gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana cara
pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik untuk
mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan
kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang
mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang
sebagai penghargaan.
·
Penutup
Pada bagian ini kami mengadakan
games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh peserta didik kami. Games
kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi mereka. Pada akhir dari
games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan pendapat mereka mengenai
pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang kami berikan (dalam hal ini
games yang kami berikan adalah estafet karet) dan para peserta didik banyak
memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi
mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb hingga pada bagian akhir kami
mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta didik pada hari itu.
2. Adanya kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada
setiap anggota yang memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati.
Dalam proses micro teaching yang
kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan bahkan ada yang
sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan taktik-taktik tertentu.
Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak menutup kesempatan untuk
mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun pada sesi yang lain kami
juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak lain yang belum menjawab
juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan untuk anak yang sangat
pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka untuk menjawab atau
sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu usaha yang extra untuk
meminta mereka menjawab seperti membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan
meminta mereka menjawab, atau sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata
semangat kalau mereka juga mampu seperti anak-anak lain untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
3. Istilah pendidik dan pengajar
tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi
Prinsip ini mengarah kepada
pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia harus menjalani
proses pembelajaran yang baik.
4. Proses paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif
dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering
Hal ini berarti bahwa proses
paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi
manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja mempunyai pemahaman sendiri
bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri sehingga pemahaman inilah
yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak serta merasakan sesuatu.
5. Masing-masing subsistem
aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
-Paradigma Belajar
Paradigma adalah cara yang diterima untuk melihat dunia, yang
tumbuh dari pertanyaan-pertanyaan , pengamatan, dan analisis dari
berbagai bentuk usaha ilmiah. Paradigma guru yang berbeda-beda membuat
strategi yang dibuat oleh guru juga berbeda. Pembelajaran akan menjadi
lebih efektif ketika guru telah benar-benar memahami proses belajar oleh
murid dan guru telah mempersiapkan strategi dalam mengajar. Lima
strategi mengajar yaitu:
- Pelatihan dan pelatihan lanjut Yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas dan melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu yang telah disusun.
- Ceramah dan menjelaskan Yaitu mengajar murid dengan cara yang mudah dipahami dan diingat oleh murid.
- Mencari dan menemukan Yaitu keterampilan berpikir dan berusaha untuk melakukan pemecahan masalah secara kreatif.
- Kelompok dan tim Yaitu antara anggota saling berbagi informasi dan bekerja sama dengan baik.
- Pengalaman dan refleksi Yaitu mendorong siswa mengaplikasikan pelajaran yang telah didapatkan dalam lingkungan sehari-hari.
Kelima strategi tersebut berguna untuk mengorganisasi kegiatan
pembelajaran. Melalui strategi ini, diharapkan guru dapat menjadi lebih
efektif lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Penerapan:
- Pengajar yang mengajarkan bahasa Inggris harus terlebih dulu menguasai bahasa Inggris, kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan bahan yang sesuai untuk anak-anak yang akan diajar. Bahan yang diajarkan juga disusun secara sistematis, mulai dari membaca vocabulary (kosakata), spelling (mengeja), memberitahu meaning (arti), serta penerapannya dalam sentence (kalimat).
- Pengajar menjelaskan sesuai urutan dan murid juga diajari cara mengingat dengan mudah. Misalnya, artist (seniman) berasal dari kata dasar art yang artinya seni.
- Murid diminta untuk mencari kata dasar lainnya yang dapat dijadikan occupation (pekerjaan), misalnya kata teach (mengajar) ditambahkan akhiran “er”, menjadi teacher (guru). Setelah bermain game murid diminta untuk mengutarakan apa yang dapat dipelajari dari permainan tersebut, dengan tujuan mengembangkan keterampilan berpikir murid.
- Antara pengajar yang satu dengan lainnya saling berkoordinasi dengan baik sehingga masing-masing sudah mengetahui kapan gilirannya untuk maju ke depan.
- Siswa dimotivasi untuk menggunakan kosakata yang telah dipelajari ketika ngobrol dengan temannya.
C. Alat dan Bahan
Dalam melakukan microteaching ini,
adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
1.
Gambar
(alat peraga)
2.
White
Board dan Spidol
3.
Kamera digital
4.
Sedotan
5.
Karet
gelang
6.
Bintang
dari kertas
7.
Beberapa
hadiah (reward)
D. Peserta
Yang akan menjadi peserta dalam
kegiatan microteaching ini adalah anak-anak sekolah minggu di
Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai Km 8,5), yang berjumlah 10
anak.
E.
Jadwal Kegiatan
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1.
|
Diskusi
Perencanaan
|
2
April 2012
|
2.
|
Revisi
Perencanaan
|
9
April 2012
|
3.
|
Microteaching
|
20
April 2012
|
4.
|
Posting
Hasil
|
30
April 2012
|
F. Biaya yang Dikeluarkan
RewardBolu
Laminating
Tissue
|
Rp.
13.500,-Rp. 32.000,-
Rp. 35.000,-
Rp. 2.750,-
|
Total
|
Rp.
83.250,-
|
G. Laporan
Microteaching yang telah
dilaksanakan oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari perancanaan hingga
pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama microteaching adalah
anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika bertemu dengan orang
yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa saat mereka akan sangat
bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami ketika melaksanakan
microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri di depan
kelas saja sangat sulit. Namun kami terus berusaha mendekatkan diri dengan
mereka dengan melakukan icebreaking di awal pertemuan agar suasana mencair
seperti bernyanyi bersama, menanyakan latar belakang pendidikan mereka, sudah
sampai mana mereka mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan ajar
kami selama microteaching.
Setelah melakukan icebreaking, kami
mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap ada
pertanyaan mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa yang masih
malu-malu. Kemudian kami mulai memancing semangat mereka lagi dengan memberikan
reward setiap jawaban pertanyaan benar atau berani mempraktekkan percakapan
bahasa Inggris di depan kelas.
Selesai sesi belajar, kami memasuki
sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang
paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi kurang
kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya hingga game ini
berjalan mulus dan menyenangkan.
Akhirnya micro teaching pun selesai.
Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai
rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu untuk
bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup dengan
salam-salaman.
Dari praktiknya, kami telah mencoba
melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam melakukan
microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip pedagogis seperti
membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan hingga akhir sesi yang
berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga telah berusaha menjadi komunikator
yang baik agar peserta dapat mengerti dan mengikuti microteaching sesuai dengan
apa yang diharapkan jika dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.
H. Evaluasi
Dari perencanaan hingga pelaksanaan
microteaching ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti
pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu pertama april
harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian tengah
semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan
menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian.
Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil
microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada
awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang
anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari
anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat
izin lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang
menghambat prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan.
Berikut ini adalah perubahan jadwal yang terjadi dalam pelaksanaan.
Dede Suhendri
Seru dan melelahkan! Seru mengajar
anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga aktif,
sehingga proses belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi reward jika
menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi, bermain games, seru deh pokoknya.
Melelahkan, karena perjalanan jauh, mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan,
ngajarnya sore hari, pulang malam hari. Hehehe..
Yoseva Okta Marini
Menurut saya , kegiatan
microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang
menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang
menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan saat
belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun
Vera Gandhi
Kalau tidak ada kegiatan micro
teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya
teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di semester
berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan kepada kami
untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi berguna. Esensi ketika teori
tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori tersebut akan diaplikasikan,
terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit sulit mencari cara bagaimana
menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari teori yang agak susah
dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan setiap orang berusaha
menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan
sukses. =D
Reza Indah Pribadi
Reza Indah Pribadi
Banyak hal yang saya rasakan ketika
melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus dibuat
dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru. Perencanaan
kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat dilakukan dalam konteks
teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah singkatnya. Merencanakan
semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep, jadwal, urutan teaching,
apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua
dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang
paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang
pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat
mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal,
cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan
mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang
menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak pemalu kami
harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau hanya sekedar
memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami berusaha memberi
kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti memintanya bercerita di
kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami berusaha mengadakan ice
breaking agar mereka merasa nyaman selama proses microteaching berlangsung.
Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak
membosankan dan menarik untuk diajari.
Olga Septania
Microteaching yang kita adakan
kemarin merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya berpikir kalau
kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada kenyataanya
berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang anak-anak
dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang kami ajar,
mulai dari yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu. Ada yang
sangat suka untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan ingin
dijawabnya) tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku
dengan penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang
sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan
ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami
ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya
peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan)
sehingga kami perlu memikirkan stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan
kemarin sangat melatih kami menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk
tetap terstruktur juga harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan
kelas. Kegiatan yang sudah kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan
cukup lancar, tidak banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya
sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya
belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk
menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan
cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik
mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang
sederhana.
Rosa Mentari Putri
3 kata yang bisa menggambarkan
kegiatan micro teaching yang telah dilakukan kemarin :
pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman
yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah pengalaman
pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam suasana santai.
Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak yang beraneka
ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan dalam mencari
cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dan hal
ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu menjadi lebih baik,
dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang sepertinya disukai
anak-anak. Hehehe.
J.
Dokumentasi Video
7 komentar:
Secara keseluruhan, laporan kelompok 6 sudah baik, lumayan lengkap dan menarik. Hanya saja kurang tujuan dan manfaat dari micro teaching kali ini.
Kalau boleh saya tahu peserta didiknya rentang umurnya dari umur berapa sampai berapa ya?
Apakah kelompok mempunyai kendala dalam menghadapi anak - anak yang usianya berbeda - beda satu dengan lainnya?
Saya rasa kelompok sudah baik dalam membuat laporannya, tapi sama seperti yang dikatakan putri saya tidak dapat melihat tujuan serta manfaat dari micro teaching dan konsep yang dilakukan. Kemudian, apakah pelajaran yang diberikan sama pada setiap peserta didik melihat rentang usia peserta didik juga lumayan jauh tentu pemahaman dan ilmu yang mereka dapat juga jauh berbeda. Terima kasih :)
menurut saya laporannya sudah cukup bagus,
yang ingin rini tanyakan, apa kelompok mengadakan tinjau lokasi untuk mengetahuai apa yang dibutuhkan anak sebelum melakukan microteaching?
karna di dalam laporan tidak dicantumkan
@Putri dan Nadya :
Sebelumnya saya minta maaf jika ada kekurangan dari laporan kelompok kami. Kami memang tidak mencantumkan tujuan dan manfaat dari kegiatan micro teaching. Disini saya akan mencoba menguraikan tujuan dan manfaat dari kegiatan micro teaching ini.
Tujuan :
1. Agar anak-anak mendapatkan vocab-vocab baru dalam bahasa Inggris.
2. Anak diharapkan mampu tampil dan berbicara didepan kelas.
3. Anak mampu mencerna dan mengungkapkan apa kegunaan dan manfaat dari game yang dilakukan.
Manfaat :
1. Sebagai tambahan belajar bahasa Inggris selain disekolah.
2. Melatih kekompakan dan bekerja dalam tim.
@Putri iwak peyek:
Mereka terdiri dari murid kelas 1 SD sampai kelas 1 SMP, yaitu umurnya sekitar 6-13 tahun.
Kami tidak mengalami kendala yang besar dalam mengajar anak yang usianya berbeda. Apalagi, mereka semua juga telah mempelajari bahasa Inggris disekolahnya. Malah, ketika kami mengajarkan bahasa Inggris, yang lebih tua tidak mendominasi dan sok pintar sendiri, tapi anak yang lebih muda juga dapat mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan yang diberikan.
@Nadya’s love rain freak:
Kami mengajarkan hal yang sama kepada mereka semua. Kami mengajarkan bahasa Inggris secara umum. Seperti, berbagai macam pekerjaan dalam bahasa Inggris, cita-cita mereka, spelling, dan juga conversation ringan. Setiap anak dapat menerima dan mengikuti pelajaran dengan baik. Selain itu, kami memilih game kecepatan dan kekompakan untuk mereka, dimana kelas dibagi menjadi 2 kelompok yang setara.
@Saudari Rini :
Yoseva, salah satu anggota kelompok kami, tinggal didaerah yang sama dengan lokasi perkumpulan mereka. Jadi, sebelumnya, Yoseva telah meninjau lokasi dan melihat kegiatan apa saja yang biasa mereka lakukan. Dikarenakan umur mereka yang beraneka ragam, maka kami memutuskan untuk mengajar bahasa Inggris dan mengadakan game.
hai ocha , konsep micro teachingnya baik dengan tema bahasa inggris. dengan tujuan memotivasi anak-anak untuk semangat belajar bahasa inggris dengan baik dan berguna buat mereka nantinya. dyta mau bertanya masalah bertanya mengenai latar belakang pendidikan mereka, seperti apa yah? terima kasih ocha
makasih dhita :)
anak-anak ini memiliki latar belakang sekolah yang berbeda.
mereka terdiri dari murid kelas 4 SD sampai dengan 1 SMP, sekaligus meralat jawaban saya untuk Putri dan Nadia di atas ;)
ke sepuluh anak ini tidak bersekolah disekolah yang sama.
namun, memang ada beberapa anak yang bersekolah disekolah yang sama.
Posting Komentar