(10-005) Cut Rafyqa F
(10-010) Rosa Mentari P
(10-060) Ahmad Fauzi
PENGKONDISIAN
KLASIK DAN KONEKSIONISME
Argumen Dasar Behaviorisme
John
Watson berpendapat bahwa semua organisme menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui respons, dan respons-respons tertentu biasanya disebabkan oleh
peristiwa (stimuli) tertentu. Dengan mempelajari perilaku, psikolog akan mampu
untuk memprediksi respons yang ditimbulkan lewat stimulus, dan sebaliknya. Istilah
behaviorisme merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar
tentang belajar, yaitu :
1. Yang
menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan
kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian
2. Perilaku
harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan
respons spesifik). Contoh reaksi behavioral yang diteliti oleh periset awal
antara lain gerak refleks, reaksi emosional yang dapat dilihat, dna respons
motor (gerak) dan verbal
3. Proses
belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respons khusus terasosiasikan dengan
kejadian dari suatu stimulus khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus
tersebut
Pavlov dan Pengkondisian Klasik
Pavlov
adalah seorang ilmuwan yang secara tidak sengaja menemukan cara untuk
mengontrol perilaku sederhana saat meneliti refleks keluarnya air liur anjing.
Dia sendiri, sedemikian menurut kisahnya, menemukan bahwa reaksi tidak sengaja,
keluarnya air liur, dapat dilatih untuk merespons suara yang tidak berhubungan
dengan makanan.
Dalam relasi alamiah, stimulus dan
reaksi otomatisnya disebut sebagai unconditioned
stimulus (UCS) atau stimulus yang tidak dikondisikan, dan unconditioned response (UCR) atau respon
yang tidak dikondisikan. Dalam relasi yang baru, yang terbentuk sebagai hasil
dari training, stimulus baru disebut conditioned
stimulus (CS). Reaksi yang terlatih merespons stimulus baru disebut conditioned response (CR). Berikut
prosesnya :
Makanan
(UCS) menghasilkan
Saliva/keluarnya air liur (UCR)
Suara
garpu tidak menghasilkan saliva (tidak keluar air liur)
Makanan
(UCS) + suara garpu (CS) menghasilkan Saliva (UCR)
Suara
garpu (CS) menghasilkan
Saliva (CR)
Teori Emosi
Watson
mngidentifikasi tiga reaksi emosional bayi yang bersifat maluriah. Artinya,
reaksi itu terjadi secara alami, yaitu cinta, marah, dan takut (Watson, 1928;
Watson & Morgan, 1917).
Eksperimen Pengkondisian terhadap
Albert
John Watson
mengidentifikasi ada tiga reaksi emosional alamiah pada bayi yaitu cinta,
takut, dan marah. menurutnya, emosi individu melibatkan pengkondisian dari tiga
reaksi emosi tersebut. Watson melakukan eksperimen terhadap Albert, 11 bulan
untuk mengkondisikan rasa takutnya terhadap objek yang berbulu halus.
Reaksi positif dan
negatif dapat dikondisikan terhadap berbagai objek atau kejadian. Reaksi
parental terhadap suatu objek juga dapat mempengaruhi reaksi emosi anak
terhadap objek tersebut (suka atau takut). Reaksi emosional juga dapat terjadi
dengan satu kali pemasangan stimuli saja. Misalnya ketika seseorang hendak
kecelakaan di simpang tiga jalan, sehingga detak jantungnya menjadi cepat,
keringat dingin, dan ketika dia melewati simpang tersebut di lain waktu, dia
juga mengalami reaksi psikologis yang sama kembali. Di dalam kelas munculkan
suatu yang dapat menimbulkan reaksi positif terhadap suatu tindakan.
Misalnya,menempatkan karpet di sudut kelas agar dapat tercipta tempat membaca
yang nyaman sehingga menimbulkan reaksi positif terhadap kegiatan membaca
tersebut. Guru harus bisa dan pintar untuk menyiapkan strategi-strategi khusus
agar anak terhindar dari reaksi negative yang ditimbulkan karena suatu
kegiatan. Sehingga tidak ada transfer reaksi emosional yang negative dari satu
kegiatan ke kegiatan lainnya di kelas.
Pengkondisian Klasik di Ruang Kelas
Salah
satu strategi adalah menggunakan relasi yang sudah ada yang menimbulkan reaksi
positif. Misalnya, membaca adalah aktivitas penting dalam proses belajar guna
memahami sastra. Menempatkan karpet di satu sudut ruangan menimbulkan reaksi
positif dalam pengalaman membaca.
Strategi
semacam itu terutama penting dalam situasi dimana latar atau aktivitas khusus
diperkirakan akan menimbulkan reaksi negatif. Misalnya, bagi beberapa anak,
situasi yang asing akan menyebabkan reaksi cemas. Memperkenalkan aktivitas yang
sulit, seperti pelajaran matematika, di hari pertama sekolah mungkin akan
menimbulkan asosiasi reaksi cemas terhadap matematika. Strategi positif yang
tampak di beberapa kelas sekolah dasar diantaranya adalah menyambut anak dengn
hangat saat mereka datang dan mengawali pelajaran dengan aktivitas menggambar
atau mewarnai. Selain itu, tidak ada aktivitas sulit yang diperkenalkan selama
minggu pertama saat anak-anak sedang membiasakan diri dengan aktivitas di ruang
kelas. Guru mengurangi potensi kecemasan dengan memasangkan latar yang tidak
terbiasa dengan aktivitas yang menyenangkan.
Kooneksionisme Edward Thorndike
Kooneksionisme Edward Thorndike
Teori
thorndike biasa dirujuk sebagai teori behavioris namun berbeda dengan
pengkondisian klisik. Pertama, Thorndike berfokus pada proses mental dan kedua
pada perilaku mandiri.
Thorndike
memilih bereksperimen dengan kondisi terkontrol. Dalam penelitiannya,hewan
dikurung di dalam kandang dengan meletakkan makanan di luar. Tugas hewan adalah
membuka sangkar dan mengambil makanan. Eksperimen ini disebut pengkondisian
instrumental untuk merefleksikannya dengan pengkondisian klasik dan dikenal
sebagai teori moneksionisme karena hewan membangun koneksi antara stimuli
dengan perilaku mandiri.
Thorndike
mengidentifikasikan tiga hukum belajar
1.Hukum
efek : suatu keadaan yang memuaskan setelah respon akan memperkuat koneksi antara
stimulus dan perilaku yang tepat,dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan
koneksi tersebut.
2.Hukum
latihan : pengulangan dari pengalaman akan meningkatkan peluang respon respon
yang benar.
3.Hukum
kesiapan : kondisi yang mengatur keadaan disebut sebagai ‘’memuaskan” atau
“menjengkelkan”
Psikologi Gestalt
Gestalt
berfokus pada persepsi dalam belajar. Individu merespon keseluruhan ketimbang
sebagian, individu akan membangun persepsi ketimbang hanya menerima informasi
secara pasif.
Asumsi daar teori Gestalt
1.Perilaku
molar adalah perilaku yang harus dipelajari
2.Individu
memahami aspek dari lingkungan sebagai stimuli
3.Lingkungan
geografis berbeda dengan behavioris yang merupakan cara sesuatu meuncul.
4.Organisasi
lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di dalam
struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Hukum Gestalt dasar
1. Hukum
Pragnanz
Hukum
ini menunjukkan pengorganisasian psikologis terhadap sekelompok stimuli. Dalam
setiap rangkaian stimulus,individu akan mempersepsikan stimulus yang paling
komperhensif, stabil, dan bebas dari sebab-akibat.
2. Hukum
terkait
Hukum
organisasi perseptual memdeskripsikan empat karakteristik utama dari bidang
visual yang mempengaruhi persepsi. Karakteristik itu adalah kedekatan dari
setiap elemen, ciri yang sama, tendensi elemen, dan kontribusi elemen
Belajar
Berubah-Ubah dan Bermakna
Dalam
mengaplikasikan konsep struktur dan keseluruhan ke dalam analisis belajar,
Wertheimer membedakan antara metode belajar “tanpa makna” dan belajar
“bermakna” di kelas (Katona 1967). Wertheimer (1945/1959) mengamati bahwa
setelah anak mempelajari pendekatan pemecahan masalah tertentu, seperti
menentukan luas jaringan jenjang, mereka sering kali tidak mampu melihat
pendekatan lain untuk tugas serupa. Mereka biasanya berkata “Kami belum tahu.”
Implikasi
dari contoh ini adalah bahwa penyediaan informasi yang membantu siswa untuk
mereorganisasi sudut pandang masalah harus menjadi bagian integral dari
pengajaran pemecahan masalah.
Faktor-faktor
Spesifik dalam Pemecahan Masalah
Teoritisi
Gestalt lainnya mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam
pemecahan masalah. Konsep yang relevan untuk saat ini adalah latihan
mentransfer, pendekatan masalah dan kelakuan fungsional, dan belenggu masalah.
Latihan
Menstransfer. Riset Katona menindikasikan bahwa metode
yang disebut sebagai “penemuan dengan
panduan” adalah metode yang paling efektif. Dia mengilutrasikan enam transisi dalam konfigurasi korek api
dengan hanya memindahkan beberapa barang korek. Misalnya dengan memindahkan
tiga batang dapat menciptakan “lubang” di tengah konfigurasi. Metode ini
memberikan petunjuk untuk memecahkan problem lain dengan mengilutrasikan
prinsip struktual bahwa satu batang korek mungkin berfungsi sebagai satu sisi
dalam dua segi empat secara bersamaan.
Pendekatan
Masalah dan Kekakuan Fungsional. Analisis Duncker
terhadap pemecahan masalah yang sukses mengindikasikan ada tiga langkah umum,
yaitu: (a) memahami konflik atau masalah; (b) mengembangkan identifikasi secara
jelas dan atas kesulitan dasar, dan (c) mengembangkan solusi masalah untuk
mengatasi kesulitan dasar.
Belenggu
Masalah. Konsep yang terkait adalah belenggu masalah atau Einstellung. Konsep ini di identifikasi
oleh Abraham Luchins (1942), yang diartikan sebagai kelakuan dalam pemecahan
masalah karena individu menganggap serangkaian masalah mesti dipecahkan dengan
cara yang sama.
PERBANDINGAN
ANTARA BEHAVIORISME DAN TEORI GESTALT
Aplikasi
ke Pendidikan
Psikologi
Behaviorisme dan Gestalt mendasarkan risetnya pada asumsi yang berbeda mengenai
sifat dan belajar dan fokus pada studinya. Behaviorisme mendefinisikan belajar
sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasikan stimuli dan respons spesifik
sebagai fokus set. Sebaliknya, psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang
merespons stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adalah faktor
penting untuk memcahkan masalah.
0 komentar:
Posting Komentar