Senin, 28 Februari 2011

Ragam Model Pembelajaran

0 komentar
Pembelajaran adalah pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar. Antara lain yaitu metode ceramah, metode dengan diskusi, metode pemberian tugas, dan masih banyak yang lain. Metode-metode ini juga telah saya jelaskan di blog sebelumnya. Pada blog ini, saya akan membahas tentang salah satu metode yaitu metode pemberian tugas. Metode dengan pemberian tugas ini dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.

a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
  1. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
  2. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
  1. Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
  2. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
  3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
 Dari penjelasan diatas, menimbulkan pertanyaan bagaimana menanggulangi kekurangan pada metode pemberian tugas ini? Apalagi metode ini sering digunakan oleh pengajar dalam menunjang kegiatan belajar.

Dugaan Sementara :
Untuk menanggulangi kekurangan dari metode pemberian tugas diatas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Sebelum tugas itu diberikan, sebaiknya pengajar menyampaikan beberapa uraian dari materi yang akan diberi tugas. Sehingga siswa merasa tertarik dan terdorong untuk mengerjakannya sendiri. Tugas yang diberikan pun harus jelas dan tidak membingungkan agar siswa tidak melakukan penipuan dengan hanya meniru pekerjaan teman nya. Tugas yang diberikan bukan hanya dalam bentuk pertanyaan yang memungkinkan siswa menjawab secara text book, tapi tugas itu dapat memperluas ilmu mereka dan dengan penyampaian mereka sendiri. Seperti tugas posting blog pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang memungkinkan mahasiswa lebih menggali ide-ide kreatif mereka sendiri dalam membahas suatu kasus berkaitan dengan materi. Selain itu, pengajar juga harus memperhatikan tenggang waktu yang diberikan pada siswa untuk mengumpulkan tugasnya agar tugas tidak terasa sangat memberatkan siswa.

Demikian dugaan sementara dari saya. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dan mohon diberi masukan. Terima Kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Kencana
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Senin, 21 Februari 2011

GENG : Upin dan Ipin

0 komentar
Ibu Dina emang jago bikin mahasiswa selalu betah dikelas nya. Seperti hari Rabu kemarin, saya dan teman-teman disuguhkan dengan salah satu film buatan negara tetangga kita yaitu GENG. Saya yakin dibalik tontonan ini, ibu Dina telah menyiapkan banyak pelajaran yang bisa kami tangkap.

Sebelumnya, saya memang telah menonton film ini. Menurut saya, film ini adalah film yang sangat menghibur. Komedi nya sangat kental. Tidak heran jika setiap orang yang menonton film ini akan tertawa terbahak-bahak hingga akhir film. Bukan hanya itu, film yang berdurasi 90 menit ini, menyimpan banyak pesan moral yang dapat diserap secara ringan oleh semua umur karena cara penyampaian nya yang ringan.

Film yang digarap selama kurang lebih 3 tahun ini dapat terselesaikan berkat kerja sama dari semua pihak. Dari behind the scene nya juga dapat diambil pelajaran yaitu kerja sama yang baik, kekompakkan dan kerja keras akan menghasilkan sesuatu yang terbaik. Pembuatan film ini juga didukung teknologi yang sangat tinggi. Salah satunya, mereka membuat film ini menjadi serial 3 dimensi yang dapat dinikmati para penonton. Selain behind the scene, cerita film nya pun menyimpan banyak pesan moral. Cerita yang dibuat menarik dengan adanya berbagai macam budaya seperti budaya melayu, india, dan juga cina ini, memberikan isyarat bahwa kita harus saling menghargai dan menghormati budaya lain agar tercipta kehidupan yang tentram dan damai. Selain itu, pelajaran lain yang bisa saya tangkap yaitu menjaga semua yang ada disekeliling kita. Hewan dan tumbuhan merupakan salah satu nya. Jika kita menjaga mereka maka kita telah menjaga ekosistem dan tidak membiarkan mereka punah.

Tidak sia-sia ibu Dina memutar film ini dikelasnya karena saya yakin, dengan cara penyampaian yang baik dan ditambah dengan unsur komedi, film ini berhasil menyampaikan pelajaran-pelajaran penting untuk kita semua. Tidak hanya anak-anak yang patut menonton ini, namun orang tua juga bisa menikmatinya.

Sekian pendapat saya tentang film GENG. Terima Kasih :)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selasa, 15 Februari 2011

Penggunaan Teknologi dalam Dunia Pendidikan

0 komentar
Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sekarang ini memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek, termasuk bidang pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang biasanya melibatkan fasilitas berupa material/fisik seperti buku berkembang dengan memanfaatkan fasilitas jaringan kerja (network) dengan memanfaatkan teknologi komputer dan internetnya, sehingga terbentuk peserta didik online atau saluran. Pengajar hendaknya memanfaatkan seluruh kemampuan dan potensi teknologi untuk meningkatkan pembelajaran, terutama melakukan pembaharuan dalam upaya mengembangkan proses belajar peserta didik.
Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran, antara lain dengan :
  1. Pengajar dan peserta didik mampu mengakses kepada teknologi informasi dan komunikasi
  2. Pengajar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan TIK, karena pengajar berperan sebagai peserta didik yang harus belajar terus menerus sepanjang hayat. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas profesional dan kompetensinya.
  3. Tersedia materi pembelajaran yang berkualitas dan bermakna
Dari materi yang telah saya baca, menimbulkan pertanyaan : Jika kegiatan belajar menggunakan TIK, apakah akan menimbulkan dampak pada siswa yaitu disiplin dan etika yang berkurang akibat adanya sifat individual dan kurangnya sosialisasi dengan pengajar maupun siswa lain? Selain itu bagaimana menanggulangi ketergantungan si anak terhadap game online dan juga situs-situs yang mengandung pornografi dan juga kekerasan?

Berikut adalah asumsi sementara saya atas pertanyaan diatas :
Menurut saya, penggunaan TIK dalam pembelajaran memberikan banyak dampak positif. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ada banyak dampak negatif dari penggunaan TIK. Tidak hanya guru yang bertanggung jawab dalam mendidik anak menggunakan TIK, namun keluarga juga harus terus mengawasi. Orang tua harus memberikan pengajaran dalam menggunakan TIK agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan tidak merusak etika dan juga disiplin si anak. Selanjutnya, orang tua dan guru harus terus mengawasi si anak ketika sedang melakukan pembelajaran menggunakan TIK. Sebelum siswa diajarkan menggunakannya, siswa harus diberitahu apa guna dari TIK yang sebenarnya. Guru dan Orang tua juga sebaiknya menggunakan sistem protector untuk menutup situs-situs pornografi dan juga kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA :
Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sabtu, 12 Februari 2011

Perkembangan Teknologi

0 komentar


Rosa Mentari Putri (10-010)
Fauziah Nami Nst  (10-016)
Tika Ramadhani F  (10-018)





E-learning merupakan suatu teknologi pemebelajaran yang relativ baru di Indonesia. Dalam pembelajaran itu pengajar dan peserta didik tidak perlu berada pada tempat dan waktu yang sama untuk melangsungkan proses pembelajaran. E-learning merupakan bentuk pembelajaran yang memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dengan demikian teknologi informasi dapat dipandang secara positif sebagai media yang menyediakan dan membantu interaksi antara pengajar dan peserta didik dalam menefisienkan dan mengefektifkan pembelajaran.
Menurut kelompok kami penggunaan email dan blog pada mata kuliah psikologi pendidikan merupakan salah satu wujud pembelajaran yang menggunakan e-learning. Pembelajaran seperti ini sangat banyak manfaatnya baik bagi pengajar maupun pembelajar. Seperti halnya pada penggunaan email, pengajar tidak harus bertatap muka untuk memberikan materi kepada pembelajar. Cukup dengan mengirim ke setiap email pembelajar. Begitu juga dengan blog, menurut kelompok kami penggunaannya sangat efektif dan bermanfaat langsung bagi kami sebagai pembelajar. Setiap pembelajar dapat memberikan opininya secara mudah tanpa takut untuk mengutarakan pendapatnya secara langsung, khususnya bagi mahasiswa yang kurang percaya diri. Sesama pembelajarpun dapat melihat dan membaca blog pembelajar lain untuk menambah wawasan tentang materi yang sedang dibahas. Selain itu penggunaan email dan blog memberikan pengalaman baru bagi kami sebagai pembelajar.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selasa, 08 Februari 2011

Teknologi dan Pendidikan

2 komentar
Masa Depan : Komputer di Mana-mana

Perhitungan pada awalnya dilakukan dengan komputer besar, yang dipakai bersama-sama oleh banyak orang. sekarang ini kita berada di era komputer pribadi (PC) dimana satu orang punya satu komputer. Beberapa pakar komputer percaya bahwa generasi komputer dimasa depan akan berupa ubiquitous computing, yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan, ketimbang ke personal.

ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realitas virtual menempatkan orang didalam dunia yang diciptakan komputer, ubiquitous computing akan memaksa komputer eksis di dunia manusia. Perangkat baru ini, dipasangkan dengan jaringan murah, dpat memampukan murid untuk membawa perangkat informasi personal ke lapangan untuk membantu mengerjakan suatu tugas dan bisa dibawa pulang. Dengan menggunakan perangkat baru ini, mereka bisa meningkatkan kolaborasi dan memudahkan penggunaan tanpa dibatasi lokasi.

Dari penjelasan diatas, menimbulkan pertanyaan : apakah kondisi seperti ini akan berdampak baik untuk kemajuan pendidikan? Adakah dampak negatif dari kondisi seperti ini dan bagaimana menganggulangi nya?

Dugaan sementara :
Dengan kondisi seperti ini, memungkinkan siswa jarang bahkan tidak pernah berinteraksi langsung dengan staf pengajar maupun teman nya karena adanya sistem yang dianggap lebih mudah dan praktis. Maka ada kemungkinan seorang siswa akan merasa kurang percaya diri jika disuruh menyampaikan ide-ide nya secara langsung di depan orang banyak. Selain itu, akan timbul rasa ketergantungan terhadap komputer itu sendiri. Sehingga tanpa komputer, ia akan merasa kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Belum lagi, adanya dampak negatif disamping dampak positif dari internet yang dapat diakses dengan cepat dan bebas melalui komputer. Menurut saya, hal ini dapat diatasi dengan cara tetap melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan sistem tatap muka, melakukan diskusi dan tanya jawab yang akan meningkatkan kemampuan verbal pada siswa itu sendiri.
Demikian dugaan sementara dari saya. Saya mohon maaf jika ada kesalahan. Dan juga saya sangat mengharapkan masukan dari ibu. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA:
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Kencana
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Metode Pembelajaran

0 komentar
1. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
a. Kelebihan Metode Ceramah
  1. Guru mudah menguasai kelas
  2. Mudah dilaksanakan.
  3. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
  4. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
b. Kekurangan Metode Ceramah
  1. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
  2. Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
  3. Bila terlalu lama akan menjadi membosankan.
  4. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
  5. Menyebabkan anak didik menjadi pasif.
2. METODE PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan Metode Proyek
  1. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
  2. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
  1. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
  2. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
  3. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
  4. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
3. METODE EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
 a. Kelebihan Metode Eksperimen
  1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
  2. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan.
  3. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
  1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
  2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
  3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
4. METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

  1. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
  2. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

  1. Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
  2. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
  3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
5. METODE DISKUSI
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
a. Kelebihan Metode Diskusi
  1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
  2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
  3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
b. Kekurangan Metode Diskusi

  1. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
  2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
  3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
  4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
6. METODE LATIHAN
Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Selain itu, metode ini sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
  1. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
  2. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
  3. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan

  1. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
  2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
  3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
  4. Dapat menimbulkan verbalisme.
7. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Menyajikan materi sebagai pengantar
  3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
  4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
  5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
  6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
  7. Kesimpulan/rangkuman
8. NUMBERED HEAD TOGETHER ((KEPALA BERNOMOR) (SPENCER KAGAN, 1992)
Langkah-langkah :
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
  6. Kesimpulan
9. COOPERTIVE SCRIPT (DANSEREAU CS., 1985)
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah :
  1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
  2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
  3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
  4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
  1. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
  2. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
  3. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
Lalu dibuat kesimpulan oleh siswa bersama-sama dengan guru


10. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)
Langkah-langkah :
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
  3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
  4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
  5. Kesimpulan
11. JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)
Langkah-langkah :
  1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
  2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
  7. Guru memberi evaluasi
  8. Penutup
12. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
  3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
  4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
  5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
  6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
  7. Kesimpulan/penutup
13. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
  3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
  4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
  5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
  6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru
14. MAKE – A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Langkah-langkah :
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
  2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
  4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
  5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
  6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
  7. Demikian seterusnya
  8. Kesimpulan/penutup
15. THINK PAIR AND SHARE (FRANK LYMAN, 1985)
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
  3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
  4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
  5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
  6. Guru memberi kesimpulan
  7. Penutup
16. BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah :
  1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
  2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
  3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
  4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
  5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
17. SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
  3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
  4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
  5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
  6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
  7. Evaluasi
  8. Penutup
18. TEBAK KATA
Media :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
  2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
  3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
  4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
  5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
  6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasinya tidak resmi
Bila untung dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN

19. KELILING KELOMPOK
Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
Caranya :
  1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
  2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
  3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan
20. COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
  4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
  5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
  6. Siswa yang sudah mendapat tanda O vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
  7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
  8. Penutup

DAFTAR PUSTAKA :
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Sagala, H.Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Sudjana, Nana, Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    Peran Psikolog dalam Dunia Pendidikan

    0 komentar
    Menurut Whiterington, pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Itu artinya bahwa tindakan-tindakan belajar yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan pertumbuhan pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan pembelajaran yang dilalui oleh individu sendiri melalui proses belajar-mengajar. Karena itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, metode dan pendekatan yang benar dalam proses pendidikan sangat diperlukan.
    Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka kita akan bertemu dengan beberapa keunikan perilaku/jiwa (psyche), dan faktor ini akan berhubungan erat bahkan menentukan dalam keberhasilan proses belajar. Didasari pada begitu eratnya antara tugas psikologi (jiwa) dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi pendidikan (educational psychology).
    Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.

    Peran Psikologi Pendidikan Dalam Proses Belajar-Mengajar
    Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si mendefinisikan bahwa Psikologi Pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
    Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam:
    1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
    2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
    3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
    Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
    Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

    1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
    Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran

    2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
    Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

    3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
    Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

    4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
    Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

    5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
    Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

    6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
    Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

    7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
    Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS
     
    Copyright © Ocha's Blog