Selasa, 27 Maret 2012

Pedagogi Praktis Abad ke-21

Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan pedagogi venakular merupakan kata lain dari pedagogis praktis. Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan upaya utnuk mengembangkan prinsip-prinsip dan teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan lebih umum dari pedagogi venakular atau pedagogi praktis.
Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian pedagogis :
1.      Untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran.
2.    Untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi.

Tujuan pertama melahirkan pedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan pedagogi praktis. Pedagogi tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut dengan pedagogi praktis. Meski demikian, praktik pedagogi yang baik harus didasari oleh teori pedagogi yang sudah teruji. Bagi guru-guru, kekuatan pedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis. Karena memang, teori merupakan sesuatu yang paling praktis.

Banyak guru tidak sadar atau sadar juga menjadi peneliti. Karena didalam tugas-tugas praktis mereka, selalu muncul pengalaman baru, yang jika waktu memungkinkan dapat memperbaiki cara mengajar mereka. Meski demikian, tidak semua guru dapat menimba pengalaman baru selama menjalani proses pembelajaran, dengan beberapa alasan :
·         Informasi yang berlebihan
·         Kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan
·         Tidak menggunakan teknologi untuk berbagi pengetahuan secara efektif
·         Kesulitan menangkap pengetahuan yang diperoleh
·         Adanya pengekangan terhadap kreativitas

Bagaimanapun, standar professional yang menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh guru, termasuk pedagogi efektif, telah mengintegral dengan persyaratan profesionalnya. Tentu saja standar kerangka kerja guru masih dan akan terus dibanguh sesuai dengan kemajuan kontekstualnya.

Hal ini menimbulkan pertanyaan : ‘bagaimana cara meminimalisir masalah tersebut?’
Asumsi sementara saya : hal ini akan dapat diminimalisir ketika guru telah mempunyai tekad untuk maju. Ketika ia telah membulatkan tekad, maka harus ada proses upaya yang berkualitas untuk memajukan cara mengajar, misalnya guru diajarkan ‘melek teknologi’. Mereka diberikan pelatihan untuk menggunakan teknologi dan internet. Agar ilmu yang ia punya tidaklah sempit, namun dapat diperkaya dengan mengupdate informasi atau temuan-temuan terbaru. Selain itu, sebaiknya diluangkan waktu bagi guru untuk mengikuti seminar atau pertemuan untuk menambah pengetahuan. Guru juga harus aktif dalam mengembangkan metode-metode pengajaran baru dan tidak ragu untuk menggunakan banyak media.

DAFTAR PUSTAKA :

Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Ocha's Blog